Salah satu keunikan pulau Bali adalah keragaman budaya dan tradisinya. Kebudayaan dan tradisi yang berakar dalam agama Hindu tersebut ada yang baik ada pula yang tidak baik. Salah satu warisan tradisi kebudayaan pulau Bali yang dianggap tidak baik adalah keberadaan ilmu hitam. Semua ilmu hitam dan ilmu putih di Bali tercatat dalam berbagai lontar Bali yang berbahasa Bali/Jawa Kuno dan berhuruf Bali/Jawa kuno. Kali ini saya mencoba mengupas tentang keberadaan ilmu hitam di Bali. Semua tulisan ini berdasarkan pengalaman saya bermasyarakat sebagai orang Bali, pengalaman kisah-kisah dari warga Bali, dan juga cerita-cerita dari dukun Bali (Balian).
Ilmu hitam dalam kebudayaan Bali disebut ilmu pengiwaan (kiri dalam bahasa Bali). Kenapa disebut ilmu kiri (pengiwaan)? Karena dalam praktiknya, energi yang dikeluarkan melalui tubuh sebelah kiri. Lawan ilmu pengiwaan adalah ilmu penengen (kanan) yang bertujuan untuk mengatasi atau memusnahkan segala akibat yang ditimbulkan dari serangan ilmu hitam. Pada zaman dulu, tujuan utama mempelajari ilmu pengiwaan tersebut adalah untuk menyakiti musuh/prajurit yang menyerang kerajaan Bali.
Namun sekarang ilmu tersebut sering digunakan untuk menyakiti tetangga, keluarga, atau orang lain karena ada rasa dendam atau iri hati. Sebenarnya, tidak semua orang yang mempelajari ilmu pengiwaan tersebut bertujuan untuk menyakiti orang lain, ada juga yang sengaja mempelajari ilmu tersebut untuk mengetahui kelemahan dan rahasia penyembuhan dari ilmu pengiwaan, sehingga ia bisa menjadi tabib/dukun untuk menyembuhkan penyakit yang ditimbulkan oleh ilmu hitam tersebut. Lalu apa saja jenis/bentuk dari ilmu kiri atau ilmu hitam di Bali?
Berdasarkan pengalaman saya hidup di pulau Bali, ada banyak jenis ilmu hitam (pengiwaan) yang tertulis di lontar-lontar kuno Bali, namun ada tiga jenis ilmu hitam yang paling banyak dipraktikkan untuk menyakiti orang lain, yaitu :
1. Cetik
Ilustrasi | Cetik [ Racun ] yang dicampur melalui makanan atau minuman |
Cetik adalah meracuni seseorang dengan menggunakan ilmu hitam. Cetik merupakan racun makanan yang hanya dapat dilihat oleh indera ke enam. Ilmu cetik ini dikendalikan lewat pikiran, dan dapat menyerang orang yang menjadi sasaran/target, biasanya ketika ada acara makan-makan. Orang yang menjadi target, bisa terhindar dari cetik jika ia memiliki iman yang baik atau pikirannya sedang tidak dalam keadaan kacau.
Berdasarkan efek yang ditimbulkan, Cetik ada dua jenis, yaitu cetik yang berefek seketika dan efek yang timbul agak lama (bisa sampai 6 bulan). Ada cetik yang berakibat rendah, misalnya sakit perut atau panas dingin dan ada juga cetik yang berefek ganas, misalnya muntah darah atau pingsan. Cetik yang berefek ganas dikenal oleh masyarakat Bali bernama Cetik Ceroncong Polo (menyerang otak) dan Cetik Reratusan (menyerang perut). Untuk menghindari cetik saat ada pesta makan, orang Bali biasanya melakukan beberapa hal, misalnya :
menaburkan butiran garam di atas nasi yang akan dimakan (garam dipercaya dapat menetralkan cetik)
ada juga yang menaburkan sedikit makanan / minuman ke tanah (maksudnya jika makanan/minuman yang terkena cetik akan hilang kekuatannya jika sudah menyentuh tanah)
berdoa kepada yang kuasa
ngejot (menghaturkan sesaji) ke sanggah / pura atau ke ibu pertiwi
waspada terhadap situasi.
2. Leak
Leak adalah suatu ilmu kerohanian kuno yang diwariskan oleh leluhur Hindu di Bali yang tercatat pada lontar-lontar kuno. Leak berasal dari kata “liya dan ak” yang berarti lima aksara. Kekuatan lima aksara tersebut diolah didalam tubuh, sehingga akan mampu mendekatkan diri kepada Tuhan. Kelima aksara tersebut yaitu : Si, Wa, Ya, Na, Ma (Nama siwa ya) yang memiliki arti :
- Si mencerminkan Tuhan
- Wa adalah anugrah
- Ya adalah jiwa
- Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan
- Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa
Wujud Leak Bisa Berupa Rangda dan Celuluk |
Dengan mampu mengolah kelima aksara tersebut dalam pintu panca indra di dalam tubuh, maka orang tersebut akan mudah mencapai moksa (alam nirwana atau alam di atas surga). Prinsip mempelajari ilmu leak adalah kerahasiaan, jadi tidak boleh diceritakan atau diketahui oleh siapapun. Karena kerahasiaannya, belajar ilmu leak harus berada di tempat sepi, seperti di kuburan (tempat para roh berkumpul) dan di tempat-tempat angker.
Beberapa pantangan yang harus dilaksanakan misalnya tidak boleh berzina dan memakan daging berkaki empat. Dalam praktiknya, ilmu leak dapat membuat orang yang mempelajarinya bisa melepas rohnya ke alam gaib, merubah diri menjadi bola api, binatang, rangda/celuluk (mahluk berwajah seram) atau lainnya sesuai dengan tingkat ilmu yang dikuasainya. Pada zaman kerajaan, ilmu leak banyak dipelajari oleh keluarga raja sebagai alat melindungi diri dari serangan musuh.
Ilmu Leak yang bersumber dari Dewi Durgha (istri Dewa Siwa) merupakan salah satu ilmu kerohanian untuk mencapai nirwana. Namun, rasa dengki dan iri hati yang membelenggu jiwa, membuat banyak orang yang menyalahgunakan kesaktian ilmu leak. Banyak orang yang sudah menguasai ilmu pengeleakan menggunakannya untuk hal-hal negatif karena tidak mampu mengendalikan pikiran dan amarah. Jika ini terjadi, maka berdasarkan isi lontar, mereka akan menemukan banyak penderitaan dalam seribu kelahirannya (reinkarnasi) di bumi.
Penyalahgunaan ilmu leak tersebutlah yang membuat ilmu leak dicap sebagai ilmu hitam / jahat oleh masyarakat Bali. Untuk menangkal pengaruh ilmu leak adalah memperkokoh keimanan dan menghilangkan rasa takut yang berlebihan.
3. Pengasih-asih (Ilmu Pelet Bali)