Denpasar. Museum Bali terletak di pusat Kota Denpasar, tepatnya di jalan Mayor Wisnu, di sebelah timur lapangan Puputan Badung dan di sebelah selatan Pura Jagatnatha. Pada tahun 1910 WFJ Kroon, seorang Asisten Residen untuk Bali Selatan, mencetuskan suatu gagasan untuk mendirikan sebuah museum etnografi (kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik) guna melindungi benda-benda budaya Bali dari kepunahan.
Gagasan tersebut mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan, seniman, budayawan, dan dukungan segenap raja-raja seluruh Bali. Selanjutnya Kroon memerintahkan Curt Grundler seorang arsitek berkebangsaan Jerman, untuk membuat perencanaan bersama-sama dengan para undagi ahli bangunan tradisional Bali, antara lain I Gusti Ketut Rai dan I Gusti Ketut Gede Kandel dari Denpasar.
Setelah melalui persiapan yang cukup matang diputuskan untuk mendirikan bangunan museum yang berupa bentuk arsitektur kombinasi antara Pura ( tempat sembahyang ) dan Puri ( istana raja ). Museum dibuka secara resmi pada tanggal 8 Desember 1932 dengan nama Bali Museum dan dikelola oleh Yayasan Bali Museum.
Setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 Bali Museum diambil alih oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bali, kemudian pada tanggal 5 Juli diserahkan kepada Pemerintah Pusat dibawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan menjadi museum umum dengan nama Museum Negeri Propinsi Bali. Sejak Otonomi diberlakukan pada tahu 2000, Museum Negeri Propinsi Bali diserahkan kembali ke Pemerintah Propinsi Bali sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan Propinsi Bali dengan nama UPTD Museum Bali.
Jumlah koleksi Museum Bali yang telah tercatat dan masuk registerasi sebanyak 10.506 buah, termasuk naskah-naskah dan salinan lontar. Semua jenis koleksi didapatkan melalui membeli dari orang-orang di masyarakat, toko-toko kesenian hadiah-hadiah dan titipan. Beberapa kelompok koleksi yang sedang diinventarisasikan diantaranya koleksi stupa dengan materainya yang berjumlah ratusan buah, 8,5 kg uang kepeng, keramik asing (Eropa, Cina) dan porselin yang berasal dari Jepang, Cina dan Siam.
Bentuk bangunan museum merupakan perpaduan arsitektur antara pura dan puri. Didirikan di atas areal seluas 2.600 m2 meliputi 3 halaman yaitu : halaman luar (jaba), halaman tengah (jaba tengah) dan halaman dalam (jeroan) yang dibatasi dengan tembok dan gapura.Pada halaman dalam terdapat 3 buah gedung yaitu Gedung Tabanan, Gedung Karangasem dan Gedung Buleleng yang digunakan untuk memamerkan koleksi.
Bangunan di museum Bali berdasarkan konsep Tri Mandala yaitu nista mandala (bagian luar), madya mandala (bagian luar sebelum memasuki bagian inti), dan utama mandala (bagian inti).
Untuk dapat menyaksikan dan memahami koleksi secra kronologis, pengunjung diharapkan mulai dari gedung Denpasar dan berakhir di gedung Tabanan.
1. Gedung Denpasar Lantai I
Pada ruang ini dipamerkan koleksi Parsejarah dan Sejarah Bali
Koleksi peningalan Zaman Prasejarah yang meliputi benda ? benda yang dikelompokkan kedalam 4 (empat) masa yaitu
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
b. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
c. Masa bercocok tanam
d. Masa perundagian
Sedangkan Koleksi Zaman Sejarah dikelompokkan menjadi 3 ( tiga ) periode yaitu :
a. Zaman Bali Kuno
b. Zaman Bali Pertengahan
c. Zaman Bali Baru.
2. Gedung Denpasar lantai II
Pada ruang ini dipamerkan benda-benda koleksi yang menunjukkan perkembangan seni rupa Bali, khususnya seni lukis dan patung yang berkembang sejak abad ke 16 Masehi sampai masa kini yang meliputi gaya klasik, gaya tradisional dan gaya modern / akademis.
3. Gedung Buleleng
Gedung ini memamerkan koleksi perkembangan Kain Tradisional Bali yang ditata dari bentuk yang paling sederhana samapi dengan yang paling rumit dan dikelompokkan menurut jenis yaitu : Jenis kain polos, kain poleng, kain endek, kain cepuk, kain songket, kain prada dan kain geringsing. Disamping itu juga dipamerkan beberapa peralatan tenun tradisional.
4. Gedung Karangasem
Koleksi yang dipamerkan pada ruang ini meliputi benda ? benda peralatan upacara Panca Yadnya, lima jenis upacara / korban suci yaitu : Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya yang dipajang dari utara ke selatan.
5. Gedung Tabanan
Pada gedung ini dipamerkan berbagai peralatan seni tari dan tabuh tradisional terutama yang erat hubungannya dengan upacara-upacara agama seperti : tari Sanghyang, tari Barong, tari Baris, Wayang Kulit dan sebagainya. Pada garis besarnya seni tari di Bali dapat digolongkan kedalam 3 (tiga ) jenis yaitu :
a. Tari Wali
Adalah tari-tarian yang ditarikan pada upacara-upacara keagamaan yang pada umumnya tidak memakai cerita antara lain tari Sanghyang, Rejang, Pendet, Baris Gede, Barong Landung, Barong Brutuk, Mekare (perang pandan ) dan sebagainya
b. Tari Bebali
Adalah tari-tarian sebagai pengiring atau sebagai sarana pelengkap upacara antara lain : Tari Topeng, Barong Ket, Wayang Kulit, Wayang Wong dan sebaginya.
c. Tari Balih-balihan
Adalah Tari Bali berfungsi hanya sebagai hiburan yang dipentaskan untuk umum .
Koleksi yang dipamerkan pada gedung ini antara lain : Barong Landung/Jero Gede, Jero Luh, Sarana tari-tarian sakral seperti Sanghyang Dedari, Taming Magoret, topeng wayang wong, topeng babad, dan berbagai jenis topeng barong, topeng telek dan bergagai jenis topeng rangda.(litbang bbcom/dari berbagai sumber)
Bali Media Info
Jasa Pembuatan Website dan Toko Online Termurah di Denpasar Bali